"Batu budidaya" menjadi fokus visual dalam industri dekorasi beberapa tahun terakhir ini. Dengan bentuk dan tekstur batu alam, batu budaya menghadirkan gaya batu alam, dengan kata lain batu budaya merupakan produk ulang dari batu alam. Yang dapat menampilkan secara utuh konotasi dan kesenian tekstur batu. Memperluasnya ke penggunaan di dalam ruangan, mencerminkan interaksi antara keindahan dan kepraktisan, dan meningkatkan suasana dalam ruangan.
Batu budaya adalah batu alam atau buatan dengan permukaan kasar dan ukuran kurang dari 400x400mm untuk penggunaan di dalam dan luar ruangan. Ukurannya kurang dari 400x400mm, dan permukaannya kasar" adalah dua ciri utamanya.
Batu budaya sendiri tidak mempunyai konotasi budaya tertentu. Namun batu budaya memiliki tekstur kasar dan bentuk alami. Batu budaya dapat dikatakan merupakan cerminan mentalitas masyarakat untuk kembali ke alam dan kembali ke kesederhanaan dalam dekorasi interior. Mentalitas ini juga dapat dipahami sebagai semacam budaya hidup.
Batu budaya alam adalah simpanan batu yang ditambang di alam, dimana batu tulis, batupasir, dan kuarsa diolah menjadi bahan bangunan dekoratif. Batu alam budaya memiliki bahan yang keras, warnanya cerah, teksturnya kaya dan coraknya berbeda-beda. Ia memiliki keunggulan ketahanan kompresi, ketahanan aus, tahan api, tahan dingin, tahan korosi dan penyerapan air yang rendah.
Batu budaya buatan dimurnikan dari silikon kalsium, gipsum dan bahan lainnya. Meniru bentuk dan tekstur batu alam, serta memiliki ciri tekstur ringan, kaya warna, tidak berjamur, tidak terbakar, dan pemasangan mudah.
Perbandingan batu budaya alam dan batu budaya buatan
Ciri utama batu budaya alam adalah tahan lama, tidak takut kotor, dan dapat digosok tanpa batas waktu. Namun, efek dekoratifnya dibatasi oleh tekstur asli batunya. Kecuali batu persegi, konstruksi lain lebih sulit, bahkan saat disambung. Keunggulan batu budaya buatan adalah dapat menciptakan warna dengan sendirinya. Kalaupun Anda kurang menyukai warnanya saat membelinya, Anda bisa mengolahnya kembali sendiri dengan cat seperti cat lateks.
Selain itu, sebagian besar batu budaya buatan dikemas dalam kotak, dan proporsi balok yang berbeda telah dialokasikan, sehingga lebih mudah dipasang. Namun batu budaya buatan takut terhadap kotoran dan tidak mudah dibersihkan, dan beberapa batu budaya dipengaruhi oleh tingkat produsen dan jumlah cetakan, serta gayanya sangat munafik.
Pemasangan batu budidaya
Ada berbagai metode pemasangan untuk memasang batu budaya. Batu budaya alam dapat langsung diaplikasikan pada dinding, terlebih dahulu dinding dikasar, kemudian dibasahi dengan air kemudian ditempel dengan semen. Selain metode batu alam, batu budaya buatan juga bisa direkatkan. Pertama gunakan papan berukuran 9cm atau 12 cm sebagai alasnya, lalu langsung gunakan lem kacanya.
Beberapa catatan untuk batu budidaya
01
Batu budaya tidak cocok untuk penggunaan dalam ruangan skala besar.
Secara umum, luas dinding yang dapat digunakan tidak boleh melebihi 1/3 dari dinding ruangan tempatnya berada. Dan tidak disarankan untuk memasang dinding batu budaya di dalam ruangan berkali-kali.
02
Batu budaya dipasang di luar ruangan.
Usahakan jangan menggunakan batu yang sejenis batupasir, karena batu seperti itu mudah meresap air. Sekalipun permukaannya kedap air, namun mudah terkena sinar matahari dan hujan sehingga menyebabkan lapisan kedap air menua.
03
Pemasangan batu budaya di dalam ruangan dapat memilih warna serupa atau warna pelengkap.
Namun, tidak disarankan menggunakan warna yang menekankan kontras antara sejuk dan hangat.
Padahal, batu budaya, seperti bahan dekoratif lainnya, harus diaplikasikan sesuai kebutuhan, tidak boleh digunakan secara sepihak untuk mengikuti tren, juga tidak boleh melawan tren dan membuangnya.
Waktu posting: 12 Agustus-2022