Sambungan pada batu tulis disebabkan oleh perkembangan serpihan mika mikroskopis, bukan oleh perpecahan di sepanjang strata sedimen asli.
Batu tulis terbentuk ketika batulempung, serpih, atau batuan beku felsik terkubur dan terkena suhu dan tekanan rendah.
Batu tulis memiliki butiran yang sangat halus dan tidak dapat dideteksi oleh mata manusia. Batu tulis yang dipoles memiliki permukaan matte namun halus saat disentuh dan sebelumnya digunakan untuk membuat papan tulis. Mika sutra dalam jumlah kecil memberikan tampilan kaca sutra yang halus pada batu tulis.
Batu tulis muncul dalam berbagai warna karena perbedaan karakteristik mineral dan kondisi oksidasi di lingkungan sedimen asli. Misalnya, batu tulis hitam dikembangkan di lingkungan yang kekurangan oksigen, tetapi batu tulis merah dihasilkan di lingkungan yang kaya oksigen.
Batu tulis terjadi pada suhu dan tekanan rendah, sehingga fosil tumbuhan dan beberapa fitur yang sangat inventif dapat dilestarikan.
Batu tulis ditambang dalam bentuk blok-blok besar dan digunakan untuk panel kontrol listrik, meja kerja, papan tulis, dan lantai karena kualitasnya yang seperti pelat, tangguh, dan mudah hancur. Papan tulis yang lebih kecil digunakan untuk membangun atap.
Baik itu gunung yang tinggi atau lembah yang dalam, kota metropolitan yang ramai atau pedesaan yang damai, postur batu tulis yang luar biasa dan kualitas yang kokoh memberikan dukungan terus-menerus bagi kehidupan dan pekerjaan masyarakat. Ini adalah batu tulis, keberadaan yang mendasar namun kuat, sebuah batu yang menyimpan cerita dan kenangan miliaran tahun.